Saturday, October 29, 2011

Pembagian Waris Ibu Yang Menikah Lagi

Pertanyaan:

Assalaamu'alaikum Wr. Wb. cik iman yang kami hormati, Bagaimana membagi harta waris peninggalan ayah, tetapi ibu sudah menikah lagi. Kami 4 orang anak laki-laki dan 1 anak perempuan (anak angkat yang sudah sah diadopsi sejak bayi). Terima kasih atas jawabanya. Wassalaamu'alaikum.
Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb. Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d.
Ibu Anda mendapat 1/8 dari harta suaminya atau ayah Anda. Tidak ada masalah dengan urusannya mau kawin lagi atau tidak. Yang jelas sebagai istri, beliau berhak atas 1/8 harta suami, lantaran suami memiliki anak. Tapi bila suami tidak punya anak, maka istri berhak mendapatkan ¼ harta suami. Sisanya yang 7/8 dibagi rata kepada 4 orang anak laki-laki. Masing-masing mendapat 7/8 x ¼ = 7/32. Sedangkan anak perempuan yang bukan anak asli karena diadopsi, tidak mendapatkan apa-apa dari pembagian harta warisan.
Karena Islam tidak pernah mengakui adopsi atau perubahan status nasab seseorang. Namun demikian, bila para ahli waris sepakat, anak angkat itu boleh saja mendapatkan ‘cipratan’ uang pembagian warisan yang besarnya tergantung kepada kesadaran para ahli waris. Barangkali istilahnya adalah ‘uang dengar’. Namun secara hukum, pada hakikatnya anak angkat memang tidak punya hak secuil pun atas harta yang diwariskan.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Bolehkah Keluarga Mengurus Harta Wakaf

Assalamu `alaikum Wr. Wb. Waqaf itu sejenis ibadah maliyah yang speksifik. Asal katanya dari kata Wa Qa Fa yang artinya tetap atau diam. Maksudnya adalah bahwa seseorang menyerahkan harta yang tetap ada terus wujudnya namun selalu memberikan manfaat dari waktu ke waktu tanpa kehilangan benda aslinya. Misalnya adalah pohon kurma. Pohon itu bersifat tetap, yakni ada terus. Yang dimanfaatkan adalah hasil atau manfaatnya. Misal yang lain adalah sumur, yaitu airnya bebas diambil orang namun sumur itu selalu tetap ada. Harta yang sudah diwakafkan sebenarnya statusnya sama dengan semua pemberian lainnya, yaitu si pemberi sudah tidak lagi punya hak atas apapun atas harta itu. Namun hal itu tergantung akadnya. Bisa saja akad sebuah waqaf itu hanya pada manfaatnya, sedangkan kepemilikan benda itu tetap masih ada dimiliki oleh si empunya.

Contohnya adalah seekor kambing yang diwakafkan susunya. Kambing itu tetap miliknya namun bila ada susu yang diperas, maka misalnya menjadi hak fakir miskin. Akad seperti itu pun bisa dibenarkan. Begitu juga tentang penerima wakaf itu, bisa dikhususkan kepada orang tertentu saja tetapi bisa saja umum. Misalnya, tanah yang diwakafkan untuk kuburan keluarga dan ahli warisnya. Sedangkan untuk masjid biasanya manfatnya untuk seluruh umat Islam, tidak hanya khusus kelurga. Jadi wakaf itu memang bisa juga hanya diperuntukkan kepada kalangan tertentu saja sebagaimana amanat yang memberi wakaf. Satu hal lagi yang penting adalah bahwa harta yang sudah diwaqafkan itu tidak boleh diwariskan. Karena bila sejak awal kepemilikannya memang sudah dilepas, para ahli waris tidak berhak mengaku-ngaku sebagai pemilik. Para ahli waris ini sama sekali tidak punya hak apalagi kewajiban untuk mengelola sebuah harta wakaf bila memang tidak diserahkan oleh si pemberi wakaf.
Yang berhak dan berkewajiban adalah nazir wakaf itu. Dan dalam hukum di negeri ini, penunjukan nazir wakaf itu dikuatkan dengan sebuah akte wakaf. Namun nazir bukanlah pemilik, sehingga tidak berhak menjualnya, menyewakannya atau pun memanfaatkannya bila tidak sesuai dengan amanah yang diberikan. Kewajiban keluarga dan juga semua lapisan masyarakat adalah mengingatkan nazir agar menjalankan amanat sesuai apa yang diminta oleh pemberi wakaf. Sebab bila dia khianat, maka dia pasti berdosa dan diancam oleh Allah SWT. Sebagian dari ulama membolehkan menjual harta wkaf yang memang sudah tidak bermanfaat lagi untuk dibelikan barang yang sama di tempat lain. Misalnya bila sebuah masjid terkena gusur proyek pemerintah, tanahnya boleh dijual namun wajib dibangunkan masjid lagi di tempat lain. Sedangkan merubah manfaat harta wakaf bukanlah hal yang disepakati oleh kebanyakan ulama.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Hadits Tentang Periodisasi Kekuasaan

عن النعمان بن بشير قال: -كنا قعودا في المسجد مع رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان بشير رجل يكف حديثه فجاء أبو ثعلبة الخشني فقال يا بشير بن سعد أتحفظ حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأمراء فقال حذيفة أنا أحفظ خطبته فجلس أبو ثعلبة فقال حذيفة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت قال حبيب فلما قام عمر بن عبد العزيز وكان يزيد بن النعمان بن بشير في صحابته فكتبت إليه بهذا الحديث أذكره إياه فقلت له إني أرجو أن يكون أمير المؤمنين يعني عمر بعد الملك العاض والجبرية فأدخل كتابي على عمر بن عبد العزيز فسر به وأعجبه أحمد))

Artinya: Dari Nu’man bin Basyiir berkata: Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah saw, dan Basyir adalah orang yang dapat menahan perkataan. Maka datang Abu Tsa’labah Al-Khasyani dan berkata:”Wahai Basyir bin Sad apakah engkau hafal tentang hadits Rasulullah saw pada masalah kepemimpinan. Berkata Hudzaifah:” Saya hafal ungkapannya. Maka duduklah Abu Tsa’alabah, maka Hudzaifah berkata: Rasulullah SAW bersabda:” Kalian akan mengalami masa kenabian sampai Allah menghendaki kemudian Allah angkat (masa kenabian tersebut) jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian sampai Allah menghendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja yang menggigit sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja diktator sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian, kemudian diam”Berkata Habib:”Pada saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khilafah dan Yazid bin an-Nu’man bin Basyir adalah teman Umar bin Abdul Aziz. Maka saya tulis kepada hadits ini, mengingatkannya dan aku berkata kepadanya:”Saya berharap Amiril Mu’minin yakni Umar setelah (sebelumnya dikuasai) raja yang mengigit dan raja yang diktator. Saya masukan surat ini padanya, dan ia senang dan merasa kagum (pada hadits ini) (HR Ahmad)
Hadits ini merupakan informasi kenabian tentang perjalanan sejarah manusia dan periodisasi kepemimpinan suatu bangsa. Tidak ada informasi yang tepat dan akurat setelah Al-Qur’an melainkan informasi Hadits dari Nabi Muhammad saw. Informasi ini sebagiannya sudah terjadi dan sebagian kecil-insya Allah- akan terjadi. Dalam hadits tersebut ada 5 periode perjalanan sejarah umat manusia lebih khusus lagi umat Islam atau umat yang beriman kepada Allah, yaitu:
  1. Manusia dipimpin oleh para nabi dan para rasul (masa kenabian)
  2. Manusia dipimpin oleh Khulafaur Rasyidin (masa khilafah sesuai dengan pedoman Rasulullah saw
  3. Manusia dipimpin oleh raja-raja yang mengigit (masa malik ‘adhon)
  4. Manusia dipimpin oleh raja-raja ada penguasa yang diktator dan tidak berpedoman pada ajaran Islam.
  5. Manusia dipimpin kembali oleh sistem khilafah sesuai pedoman yang dibawa nabi Muhammad saw.
Informasi yang pertama telah terjadi dan benar adanya, bahwa manusia pada saat itu dipimpin oleh para nabi dan para rasul, mulai dari nabi Adam as sampai nabi Muhammad saw. Pada masa ini para nabi dan para rasul yang diutus Allah kepada manusia sekaligus berfungsi sebagai pemimpin mereka. Ketika seorang nabi wafat maka Allah mengutus lagi nabi yang baru yang akan meluruskan keyakinan dan sikap hidup manusia. Para nabi dan para rasul memimpin manusia dan membimbing mereka untuk beriman dan beribadah kepada Allah. Walaupun begitu banyak juga diantara kaumnya yang mengingkari ajaran nabi-nabi atau rasul-rasul tersebut.
Manusia yang ingkar dan tidak beriman kepada Allah pada masa nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum nabi Muhammad saw, biasanya dihancurkan oleh Allah. Sehingga yang tersisa adalah nabi dan pengikutnya yang beriman. Setelah nabi tersebut wafat, maka semakin lama jarak wafatnya nabi, semakin banyak pula yang tersesat dari ajaran Allah yang dibawa nabi tersebut. Maka Allahpun mengutus nabi baru kemudian membimbing mereka dan mengajak mereka untuk kembali beriman pada Allah dan beribadah kepada-Nya. Begitulah seterusnya sampai Allah mengutus nabi dan rasul terakhir Muhammad saw.
Masa kepemimpinan nabi Muhammad saw selama 23 tiga tahun, yaitu masa beliau diangkat menjadi rasul dan menjalankan tugas da’wah yang diembannya. Lebih riil lagi, kepemimpinan Muhammad saw semenjak beliau hijrah ke Madinah sampai wafatnya, yaitu selama 13 tahun. Karena di Madinah nabi Muhammad saw sudah memiliki kekuatan hukum dan memiliki basis wilayah. Memang pada masa kepemimpinan Muhammad saw khususnya di Madinah, pada saat itu belum ada istilah daulah (negara). Tetapi bagi yang berpikiran jernih dan memahami sirah rasul saw bahwa Rasulullah saw memimpin lebih dari sebuah negara. Karena disana Rasululah saw memiliki otoritas menegakkan hukum dan menjatuhkan sangsi bagi yang melanggarnya. Dan tidak ada institusi yang memiliki wewenang menjalankan hukum, melaksanakan perang dan menerapkan sangsi kecuali institusi negara.
Wafatnya Rasulullah saw. berarti menandakan berakhirnya masa kenabian untuk kemudian beralih pada masa khilafah sesuai dengan pedoman kenabian khususnya pedoman Nabi Muhammad saw. Maka masa kepemimpinan manusia dan umat Islam berpindah pada Khulafaur Rasyidin (khalifah Rasul saw yang mendapat petunjuk), yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Sebagian ulama dan ahli sejarah memasukah masa kepemimpinan Umar bina Abdul Aziz pada masa ini karena kesamaan sistem yang diikuti Umar bin Abdul Aziz dan keluhuran akhlak beliau. Masa inipun tidak jauh berbeda dengan masa kepemimpinan Rasulullah saw, karena masih mengacu pada Rasulullah saw dan berpegang erat pada Al-Qur’an dan Sunnah. Masa khilafah sesuai dengan manhaj nabi berlangsung selama sekitar 40 tahun. Terhitung dari diangkatnya Abu Bakar menjadi khalifah sampai wafatnya Ali bin Abi Thalib.
Dalam waktu yang relatif singkat ini Islam sudah menjadi super power yang memberikan rahmat pada dunia. Kekuasaannya sudah mencapai seluruh jazirah Arab, Afrika Utara, Sebagian Asia Tengah dan Sebagian Eropa. Parisia dan Romawi dua super power dunia saat sebelum Islam, di masa Khulafaur Rasyidin sudah jatuh ke pangkuan Islam. Manusia hidup sejahtera dalam naungan Islam dan mereka berbahagia dalam keindahan Islam. Kaum yang lemah tidak dizhalimi haknya dan kaum yang miskin mendapatkan santunan dari negara. Rahmat lil ‘alamin, memang hanya dapat direalisasaikan secara maksimal manakala Islam dan umat Islam memimpin dan berkuasa. Karena konsep kekuasaan dalam Islam adalah konsep pelayanan dan Sayidul kaum khodimuhum (pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaum tersebut).
Setelah Ali bin Abi Thalib wafat masa kekuasaan berpindah ke Muawiyah. Dan mulai saat itu sistem kekuasaan mengalami distorsi dari ajaran Islam. Masa ini sesuai dengan hadits Nabi saw disebut masa malikan ‘adhon (raja yang menggigit). Pada masa ini sistem hukum yang dipakai masih bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah, tetapi sistem pergantian kepemimpinan berubah dari sistem syura’ menjadi sistem kerajaan yang diangkat secara turun temurun. Dan pada masa ini juga ada diantara raja yang zhalim yang menindas rakyatnya, walaupun secara formal mereka masih berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah. Masa ini sesuai dengan perjalanan sejarah berlangsung cukup lama, yaitu dari mulai Muawiyah memimpin yang diteruskan oleh keturunannya dari dinasti Bani Umayyah, kemudian berpindah ke Bani Abbasiyah dan yang terakhir kekuasaan Turki Utsmani yang runtuh pada tahun 1924 M. Sehingga masa ini adalah masa yang cukup lama yaitu dari abad ke 6 sampai abad ke 20, yaitu sekitar 14 abad .
Setelah keruntuhan khilafah Turki Utsmani masa berpindah dari malikan ‘adhon ke malikan jabariyan (penguasa diktator). Inilah masa kejatuhan umat Islam dari semua sisi kehidupan, termasuk sisi politik, karena umat Islam pada masa ini tertindas oleh penjajahan barat atau timur yang tidak beriman pada Allah dan menerapkan sistem sekuler yang jauh dari ajaran Islam. Dunia Islam terpecah belah menjadi negara-negara kecil yang tidak berpedoman pada Syariat Islam. Sehingga dengan mudahnya bangsa barat menjajah dan mengendalikan dunia Islam yang sudah terpecah ini demi kepentingan dan keuasaan mereka. Malikan Jabariyan dipimpin oleh penguasa kafir yang sekarang dibawah kekuasaan Amerika Serikat dan Israel. Hampir seluruh penguasa dunia Islam tunduk dan dikendalikan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
AS, Israel dan sekutunya berupaya mempertahankan hegemoni kekuasaannya dengan menghalalkan segala macam cara. Badan-badan dunia seperti PBB, IMF, Bank Dunia dll. dikuasainya. Mereka menguasai aset dan kekayaan dunia Islam dengan berbagai macam dalih. Mereka juga berupaya mengusai opini dunia dengan mengendalikan media masa. AS benar-benar memposisikan dirinya sebagai rezim Firaun di abad ini. Walaupun begitu siklus kehidupan di dunia akan terus berjalan. Dan setiap umat dan bangsa pasti memiliki masa berakhirnya, begitu juga sebuah kekuasaan. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir” (QS Ali Imran 139 –141)
Malikan Jabariyan pasti akan berakhir dan akan beralih pada masa Khilafah ‘ala Manhajin Nubuwah (Khilafah sesuai pedoman kenabian). Tanda tersebut sudah semakin dekat, AS, Israel dan sekutunya sudah demikian zhalim dan brutal terutama terhadap umat Islam. Mereka ibarat bangsa yang sedang menghadapi sakarutul maut, maka tindakannya kalap dan menghajar siapa saja yang dianggapnya musuh. Masa penguasa diktator yang dipimpin AS, Israel dan sekutunya tidak akan berlangsung lama lagi karena di hampir seluruh dunia Islam sudah mulai marak gerakan Islam yang tidak dapat dimusnahkan dan dibendung. Dan gerakan Islam tersebut semakin kuat dalam memperjuangkan kembalinya sistem Islam termasuk dalam dunia politik.
Allah Swt berfirman yang artinya “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci”. (QS As-Shaaf 8) Prediksi Rasulullah saw menunjukkan bahwa masa kepemimpinan akan kembali ke tangan umat Islam, dan sistem yang dipakai adalah sistem khilafah sesuai dengan pedoman nabi Muhammad saw. Inilah kabar gembira yang juga disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman yang artinya:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”(QS An-Nuur 55). Wallahu A'lam Bishawaab

Hadits Tentang Pertarungan Abadi


PERTARUNGAN ABADI ANTARA UMAT ISLAM DAN YAHUDI
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ *(مسلم )
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:” Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi dibelakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon:”wahai muslim wahai hamba Allah ini yahudi dibelakangku, kemari dan bunuhlah ia kecuali pohon Gorqhod karena ia adalah pohon Yahudi” (HR Muslim)
Ini adalah salah satu hadits diantara banyak hadits yang menceritakan permusuhan dan peperangan yang terjadi antara umat Islam dengan Yahudi. Lebih dari itu Al-Qur’an sudah sedemikian jelas menceritakan permusuhan abadi antara bangsa Yahudi dengan umat Islam. Allah swt berfirman:
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik”(QS Al-Maa-idah 82).
Yahudi adalah nama agama produk Bani Israel yang mengingkari ajaran tauhid risalah para nabi termasuk nabi-nabi Bani Israel seperti Daud as, Sulaeman as, Musa as dan nabi-nabi yang lain. Yahudi juga identik dengan bangsa Israel yang menganut agama Yahudi. Sebenarnya Bani Israel adalah bangsa yang dipilih oleh Allah. Dari bangsa inilah Allah banyak mengutus para nabi dan rasul seperti Ishak, Ya’kub, Yusuf, Daud, Sulaiman, Musa dll. Tetapi setelah nabi terakhir berpindah ke Bani Isma’il maka mayoritas mereka mengingkari ajaran tauhid yang dibawa nabi Muhammad sebagaimana juga sebelumnya mereka banyak mengingkari nabi-nabi dari bangsanya bahkan lebih dari itu banyak juga nabi-nabi dari bani Israel yang dibunuh di tangan mereka sendiri.
Permusuhan bangsa Yahudi kepada orang-orang beriman berlipat ganda karena berpindahnya kenabian dari Bani Israel ke Bani Ismail, dan karena sikap mereka yang merasa lebih mulia, dan lebih dari itu karena mereka tidak beriman kepada Allah. Permusuhan itu sudah berlangsung sangat lama semenjak Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Walaupun sebenarnya Bani Israel dan Bani Isma’il bertemu pada satu titik ajaran dan keturunan yaitu Nabi Ibrahim as.
Nabi Ibrahim mempunyai dua putra, pertama Ismail, dan anak-cucu dari beliau disebut bani Ismail. Putra yang kedua Ishak, dan Ishak punya putra Ya’kub. Dan Ya’kub disebut juga Israil sedangkan keturunan Ya’kub disebut bani Israil. Banyak diantara mereka yang menjadi nabi tetapi banyak pula yang mengingkari nabinya.
Pada saat Rasulullah saw hijrah ke Madinah benih-benih ketidak sukaan orang-orang Yahudi mulai muncul, apalagi setelah nabi Muhammad saw menguasai kota Madinah. Orang-orang Yahudi di Madinah baik dari bani Qoinuqa, bani Nadhir dan bani Quraizhah walaupun sudah membuat perjanjian damai tetapi berkali-kali mengkhianatinya bahkan melakukan permusuhan terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin.
Konflik antara umat Islam dengan Yahudi dari Bani Qoinuqa di Madinah terjadi setelah perang Badar. Yahudi Bani Qoinuqa meremehkan kekuatan umat Islam, kemenangan di perang Badar atas kaum kafir Quraisy mereka anggap karena kaum muslimin menghadapi kelompok yang tidak pandai teknik berperang. Bahkan mereka menantang perang dengan kaum muslimin. Menghadapi tingkah mereka, Rasulullah saw berusaha menyabarkan diri dan sahabatnya. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena terjadi insiden yang menimpa salah seorang muslimah. Ketika itu ia sedang berada di pasar Bani Qoinuqa. Seorang Yahudi mempermainkannya dan meminta agar ia membuka kerudungnya, tentu saja muslimah tersebut menolak. Kemudian pada saat ia sedang lengah dan duduk di suatu tempat, si Yahudi mengikatkan ujung kerudung muslimah tersebut dengan tali pada sebuah batu, tentu saja ketika si muslimah itu bangun tersingkaplah auratnya. Maka ia berteriak minta tolong. Seorang muslim yang berada didekatnya segera menolongnya dan membunuh si Yahudi tadi, sebaliknya kemudian si muslim tadipun dikeroyok sampai meninggal. Maka orang-orang muslim minta tolong pada Rasulullah saw dan sahabat. Sehingga Rasul mengusir Yahudi Bani Qoinuqa dari Madinah karena ulah mereka menggangu seorang muslimah.
Konflik kembali lagi terjadi, kali ini umat Isam menghadapi Yahudi Bani Nadhir. Setelah perang Uhud Rasulullah saw dan umat Islam mendatangi perkampungan Bani Nadhir untuk meminta diyat (denda). Hal tersebut dilakukan sesuai perjanjian yang telah dibuat, jika ada anggota masyarakat Madinah yang terbunuh, mereka dikenakan diyat. Didepan Rasulullah saw mereka menyanggupi permintaan tersebut. Tetapi ketika Rasulullah saw sedang duduk bersandar disebuah dinding rumah, sekelompok Yahudi Bani Nadhir merencanakan percobaan pembunuhan terhadap Muhammad saw yaitu dengan menjatuhkan batu dari atas rumah tempat Rasulullah saw duduk. Tetapi malaikat Jibril memberitahu kejadian tersebut dan Rasulullah saw pulang ke Madinah. Selanjutnya beliau datang lagi bersama sahabat yang lain mengusir Yahudi Bani Nadhir dari Madinah.
Adapun Bani Quraidhah mereka mengkhianati Rasulullah saw dalam perang Ahzab. Pada waktu perang Ahzab Rasulullah saw menghadapi musuh multinasional dari luar Madinah pasukan kafir Quraisy bersekutu dengan yang lain menghadapi Rasulullah saw dan sahabatnya. Sedangkan di dalam Madinah Yahudi bani Quraidhah dan orang Munafik mengkhianati umat Islam. Maka setelah perang Ahzab usai dan kemenangan berada di fihak umat Islam Allah memerintahkan umat Islam untuk menyerang bani Quraidhah. Dan merekapun berhasil dilumpuhkan dan sebagiannnya melarikan diri. Puncaknya umat Islam berhasil menghilangkan gangguan kaum Yahudi Madinah dengan berhasil mengalahkan mereka di Khaibar.
Begitulah permusuhan kaum Yahudi di masa Rasulullah saw. Dimasa berikutnya permusuhan mereka tidak padam malah semakin sengit dan keras. Mereka senantiasa mencari-cari celah kelemahan umat Islam untuk dihantam dan dihancurkan.
Perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh bangsa Yahudi dengan penguasa di negara-negara muslim selalu saja merugikan kepentingan umat Islam. Walaupun begitu setelah itu mereka khianati kembali. Perjanjian Camp David yang dilakuakn pemerintah Mesir dengan bangsa Yahudi mengakibatkan Mesir menderita kerugian moril dan materil yang sangat banyak. Begitu juga perjanjian Gaza dan Arikha yang dilakukan antara PLO dengan Yahudi. Perjanjian tersebut disamping merugikan bangsa muslim Palestina, lebih diperparah lagi oleh penghianatan bangsa Yahudi dengan kejadian Tragedi Masjid Ibrahim (Hebron) Al Khalil 12 Pebruari 1994, yaitu pembantaian umat Islam di masjid Ibrahim saat mereka sedang melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Sekitar 100 mati syahid, 300 orang lainnya luka parah.
Dan pembantaian Zionisme Yahudi atas umat Islam di Palestina akan terus terjadi. Tragedi berdarah berulang kembali pada Senin 22 Juli 2002 M. Pada malam berdarah yang penuh duka itu, militer rezim Imperialis Israel menggempur kampung el Durj di kota Gaza dengan menggunakan pesawat F16 buatan Amerika. Sebuah adegan pembantaian kemanusiaan secara keji dan biadab yang mengakibatkan 17 warga Palestina gugur, 3 di antaranya wanita dan 11 lainnya anak-anak. Ditambah Asy Syahid Saalah Shahadah, seorang pendiri dan pemimpin umum Brigade Izzuddin al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas. Aksi pembantaian tersebut juga melukai 176 warga, 115 di antaranya dalam kondisi kritis.
Teror dan pembantaian Zionisme Yahudi atas non Yahudi adalah aqidah mereka. Mantan PM Israel Begin berkata:”Warga Palestina itu hanya sekedar kecoa-kecoa yang harus dienyahkan.”. Dia kemudian melanjutkan komentarnya:”Kita harus sadar dan tahu bahwa tidak ada tempat di negeri ini untuk dua bangsa. Maka satu-satunya solusi adalah Palestina tanpa bangsa Arab dan tidak ada jalan selain pendeportasian bangsa Arab ke negara-negara tetangga, dideportasi semuanya tanpa ada pengecualian. Dan di sini, harus tidak ada suatu desa atau keluarga Arab manapun.”. Ungkapan para tokoh Yahudi tidak lain dari aqidah mereka yang mengikuti dan mencontoh nabi dan kitab mereka. Nabi Ezekeil berkata:”Jangan belas kasihan kepada mata-matamu, jangan ampuni orang tua, pemuda, gadis, anak-anak dan kaum wanita. Bunuhlah mereka semua.” Talmud juga berkata:”Termasuk suatu keadilan jika orang yahudi membunuh orang kafir dengan tangannya, sebab mengalirkan darah orang kafir itu sebuah bentuk pemberian korban kepada Tuhan.”
Di Indonesia tangan-tangan Yahudi sudah mulai berkeliaran. George Soros sang penghancur ekonomi Indonesia sudah mulai masuk menguasai beberapa saham di Indonesia. Perjanjian pemerintah Indonesia dengan perusahaan Freeport milik Yahudi sangat merugikan bangsa Indonesia. Kekayaan alamnya dikuras, alamnya rusak sedang pemerintah Indonesia tidak berdaya menghadapi kuatnya lobi Yahudi yang dipimpin mantan menteri Luar Negeri Amerika Henry Kisingger. Dominasi Yahudi di Indonesia sudah sangat mengerikan, kondisi terakhir sudah mulai menguasai aset-aset vital milik bangsa Indonesia. Penguasaan itu melalui siasat yang bernama privatisasai. Dan mulailah perpindahan aset bangsa ke tangan asing terjadi, dari mulai BCA sampai yang terakhir PT.Indosat.
Bangsa Yahudi selalu berada dibelakang setiap kejahatan dan kehancuran yang menimpa dunia. Perang Dunia I yang disusul jatuhnya khilafah Islam Turki Utsmani, Perang Dunia II yang mengakibatkan penjajahan dunia Barat atas dunia Islam, merajalelanya penyakit Aids, pesatnya ekonomi Riba’, merebaknya NARKOBA, film-film porno dan seks bebas dll. Yahudi memiliki andil yang sangat besar pada itu semua. Untuk mencengkeram mangsanya, Yahudi selalu menggunakan lembaga-lembaga formal, baik lembaga sosial, ekonomi, maupun politik, seperti; Free Mason Re, Rotary Club, Lions Club, IMF, Bank Dunia, bahkan PBB. Lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga milik Yahudi atau dikuasai Yahudi. Karena begitu culasnya Yahudi, mereka menjadi musuh bersama semua bangsa. Bukan hanya dimusuhi semua bangsa, tetapi mereka juga di musuhi oleh mahluk Allah lainnya seperti batu-batuan dan pohon-pohonan, sebagaimana diungkapkan dalam hadits diatas.
Hadits ini mengisyaratkan bahwa Yahudi adalah musuh abadi umat Islam bahkan umat manusia secara keseluruhan sampai hari kiamat. Jika syetan adalah musuh abadi manusia, karena hasad kepada Adam as, maka yahudi adalah musuh abadi umat Islam karena hasad kepada nabi Muhammad saw dan umat Islam. Oleh karena itu orang-orang yang dekat dengan Yahudi, ingin bekerja sama dalam suatu urusan dan selalu membelanya, mereka adalah orang yang cacat imannya dan merupakan agen Yahudi yang harus diwaspadai oleh umat Islam

Hadits Para Penyeru Ke Neraka Jahannam

عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman berkata:” manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu dimasa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini adalagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasul SAW menjawab:”Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?”. Rasul menjawab:” Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari”. Saya berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Rasul SAW menjawab:” Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melamparkannya ke dalam neraka”. Saya berkata:” Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?”. Rasul SAW menjawab:” (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”. Saya berkata:” Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasul SAW bersabda:” Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”. Saya berkata:” Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasul menjawab:” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menceritakan lagi satu informasi kenabian yang mutlak kebenarannya. Apalagi hadits ini diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan imam Muslim dua imam hadits yang disepakati keshahihan haditsnya oleh para ulama. Dan hadits ini dikeluarkan oleh Huzhaifah bin Yaman yaitu seorang sahabat Rasul saw yang sangat pakar di bidang fitnah dan masa depan (Futurolog). Pertanyaan yang dikemukakan Huzhaifah terasa aneh, kalau sahabat lain bertanya tentang kebaikan, justru ia bertanya tentang keburukan, agar dapat diantisipasi oleh dirinya dan umat Islam. Huzhaifah paling tahu masalah-masalah rahasia, tidak salah kalau ia disebut inteljen Rasulullah saw. Umar bin Khattab ketika ingin mengetahui orang-orang munafik bertanya pada Huzhaifah bin Yaman. Bahkan Umar sendiri - karena begitu besar rasa takutnya- bertanya apakah ada sifat nifak pada dirinya, yang kemudian di jawab Huzhaifah, tidak ada.
Hadits ini menceritakan betapa nanti akan terjadi distorsi pengamalan umat Islam terhadap ajaran Islam. Sehingga Islam diliputi polusi atau syubhat yang mengkaburkan kebenaran ajaran Islam. Pada saat itulah muncul fitnah dan banyak orang-orang yang menyeru ke pintu neraka Jahannam (Du’at ilaa abwaabi Jahnnam).
KARAKTERISTIK PARA PENYERU KE NERAKA JAHANNAM
Satu: Pemimpin yang Memiliki Warna Kulit dan Bahasa yang Sama dengan Mayoritas Rakyat.
Para penyeru tersebut ternyata para pemimpin atau tokoh masyarakat atau tokoh politik atau tokoh agama yang diikuti oleh banyak masa sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain oleh imam Muslim, yaitu: “Pemimpin yang tidak mengambil hidayah Rasul dan juga tidak mengikuti sunnahnya”. Ungkapan yang sama juga disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash: 41-42, “Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah la`nat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).
Mereka muncul dari kelompok Islam dan memimpin umat Islam. Kulit dan bahasanya sama dengan mayoritas umat Islam. Merekalah kelompok yang paling bahaya bagi umat Islam karena mereka menggunakan istilah-istilah Islam yang dapat menyesatkan umat Islam, mereka juga sangat membahayakan karena lahir dari kelompok Islam dan memiliki pengikut yang banyak dari umat Islam.
Dua: Mengajak Manusia ke Neraka Jahannam
Ungkapan-ungkapan mereka mengandung kekufuruan dan kefasikan dan mereka menyangka itu benar. Ungkapan kufur itu dibungkus ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits. Sementara masyarakat awwam banyak yang mengikuti pemimpin tersebut karena kebodohannya. Ungkapannya ibarat sabda, perbuatannya selalu dianggap benar. Pemimpin tersebut mengajak rakyatnya untuk masuk ke neraka Jahannam (sadar atau tidak sadar) dengan berbagai macam cara yang licik. Maka mereka adalah pemimpin yang sesat dan menyesatkan. Adapun cara-cara yang digunakan manusia untuk menyesatkan mereka dan mengajak ke neraka al:
- Memimpin rakyatnya ke jalan syetan yang mengantarkan ke neraka.
Firman Allah yang artinya: “Ia berjalan di muka kaumnya di Hari Kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi”(QS Hud 98).
- Menguasai mas media
Firman Allah yang artinya: “(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu” (QS An-Nahl 25).
Firman lain yang artinya: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci”(QS As-Shaaf 8).
- Menggunakan sarana musik dan nyanyian
Firman Allah yang artinya: “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”(QS Luqmaan 6).
- Merubah ni’mat Allah dengan kekufuran
Firman Allah yang artinya : “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar ni`mat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.”
Dalam upayanya untuk menyesatkan manusia para pemimpin itu menggunakan berbagai macam cara yang dikuasainya. Seperti menggunakan harta untuk menipu kaum lemah dan miskin, menggunakan mas media, bahkan kalau tidak mau tunduk mereka menyiksanya dan membunuhnya, begitulah diantara ciri penyeru ke neraka Jahannam.
Tiga: Mereka Memiliki Hati Syetan
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim:”Hati mereka adalah hati syetan dalam jasad manusia”. Para penyeru ke neraka Jahannam hati mereka sangat keras melebihi kerasnya batu sehingga tidak merasakan apa yang dirasakan umatnya. Bahkan untuk mengokohkan kekuasaanya mereka tidak segan-segan menyakiti, menyiksa dan membunuh rakyatnya sendiri. Sikap mereka terhadap rakyatnya melebihi sikap terhadap musuh-musuhnya.
Sesungguhnya hati jika sudah mengeras maka kehilangan daya sensitifitasnya. Mereka menganggap sama antara yang baik dengan yang buruk dan tidak merasakan penderitaan rakyatnya, semuanya serba diremehkan. Kesakitan masyarakat dianggap biasa, lumrah dan tidak dianggap repot. Dan hati syetan tentu saja lebih keras dan lebih jahat dari semua hati. Penderitaan masyarakat dianggap hiburan yang menyenangkan, kesesatan masyarakat adalah tujuan mereka sehingga pada saat masyarakat sesat memudahkan untuk ditundukkan dan patuh kepadanya.
PERBUATAN PARA PENYERU KE NERAKA JAHANNAM
1. Mengekor pada yang lain.
Walaupun dimata masyarakat mereka adalah pemimpin tetapi pada dasarnya mereka mengekor fihak lain atau mengikuti kemauan bangsa lain. Para penyeru ke neraka jahannam biasanya adalah antek-antek orang kafir baik Yahudi, Kristen, Barat maupun Cina, Timur Komunis. Allah swt berfirman yang artinya:
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman." Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok"(QS Al Baqarah 14).
2. Menganggap Rendah Kaumnya
Karena mengekor pada yang lain sehingga mereka merasakan dan menganggap rendah pada diri dan kaumnya. Mereka memaksa kaumnya untuk mengikuti pola Barat atau Timur. Pemimpin-pemimpin seperti ini pada hakekatnya pengokar peradaban Barat yang sekuler atau peradaban Timur yang kafir.
3. Menghancurkan Nilai-Nilai Moral
Para penyeru ke neraka Jahannam menginginkan agar masyarakat tidak komitmen pada ajaran Islam, karena hal itu akan menyulitkan mereka. Lebih dari itu ketika masyarakat komitmen pada ajaran Islam maka mereka susah menguasainya sehingga mereka berusaha menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai Islam. Allah swt berfirman: “Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka” (QS Muhammad 8-9). “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya; sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka” (QS Muhammad 28).
4. Memerangi Da’wah Islam
Mungkin pada awalnya mereka tidak secara langsung memerangi da’wah tetapi mempersempit ruang lingkupnya. Mereka kemudian menuduh orang-orang yang berda’wah dengan tuduhan yang keji seperti ekstrimis, fundamentalis, frovokator dan teroris. Hal ini menyebabkan masa menjauhi aktifis da’wah. Disisi lain menumbuh suburkan da’wah yang tidak membahayakan kekuasaannya seperti menumbuhsuburkan tasawuf, filsafat, pemikiran sosialis dll. Lebih jauh lagi mereka berani menyiksa dan membunuh aktifis da’wah karena mereka sudah memfonisnya sebagai yang membahayakan negara.
Demikian aktifitas para penyeru ke neraka Jahannam menggiring manusia untuk disesatkan dengan berbagai macam cara dan sarana sampai pada akhirnya mereka mengikuti penyeru tersebut untuk masuk bersama-sama ke neraka Jahannam. Oleh karena itu para da’i kebenaran tidak boleh gentar menghadapi mereka dan terus-menerus menda’wahkan Islam, mengikhlaskan niat, merapatkan barisan menggalang kekuatan dan menjelaskan kesalahan dan kesesatan mereka sehingga masyarakat tahu dan sadar akan kebenaran ajaran Islam dan sampai ajaran Islam tegak di bumi ini. Dan diantara kunci selamat dari fitnah tersebut, yaitu dengan masuk dalam jamaah Islam dan mengikuti imamnya

Hadis Realiti Umat Islam Hari Ini

Abu Sa'eed al-Khudri bahawa keamanan Nabi saw berkata, semestinya akan mengikuti jalan-jalan mereka yang dating sebelum kamu Shubra hasta inci, walaupun mereka memasuki lubang biawak mereka akan mengikuti mereka Kami berkata: Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Kristian, dikatakan (al-Bukhari dan Muslim )

Artinya: Dari Said Al-Khudri, dari Nabi saw bersabda:” Kamu pasti akan mengikuti sunah perjalanan orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga walaupun mereka masuk lubang biawak kamu akan mengikutinya”. Sahabat bertanya:” Wahai Rasulullah saw apakah mereka Yahudi dan Nashrani”. Rasul saw menjawab:”Siapa lagi!” (HR Bukhari dan Muslim).
Beginilah nasib umat Islam di akhir zaman yang diramal Rasulullah saw. Mereka akan mengikut apa saja yang datang dari Yahudi dan Nasrani, kecuali sedikit di antara mereka yang sedar. Dan ramalan tersebut sekarang benar-benar sedang menimpa sebahagian besar umat Islam. Dari segi kehidupan sosial umat Islam hampir sama dengan mereka. Hiburan yang disukai, fesyen pakaian yang dipakai, makanan yang dinikmati, filem-filem yang ditonton, bebasnya hubungan lawan jenis dll. Pola hidup sosial Yahudi dan Nasrani melanda kehidupan umat Islam dengan dipandu mas media khususnya televisyen. Dalam kehidupan ekonomi, sistem bunga atau riba mendominasi persendian ekonomi dunia dimana dunia Islam secara terpaksa atau sukarela harus mengikutinya. Riba 'yang sangat zalim dan merosakkan telah begitu kuat mewarnai ekonomi dunia, termasuk dunia Islam. Lembaga-lembaga ekonomi dunia seperti IMF, bangk Dunia, WTO dll menguasai perekonomian di dunia Islam. Akibatnya krisis ekonomi dan kewangan disebabkan hutang dan korupsi menimpa sebahagian besar dunia Islam.
Begitu juga pengekoran umat Islam terhadap Yahudi dan Nasrani berlaku dalam kehidupan politik. Politik dibina atas dasar nilai-nilai sekular, mencampakkan agama dan moral dalam dunia politik, bahkan siapa yang membawa agama dalam politik dianggap mempolitisasi agama. Islam memang melarang menjadikan agama sebagai dagangan politik, tetapi Islam harus dijadikan landasan moral dalam berpolitik. Bahkan Islam telah memberikan landasan yang kuat dalam segala macam aktiviti berpolitik dan bernegara. Buruknya realiti sosial politik umat Islam di akhir zaman disebutkan dalam sebuah hadis Rasulullah saw, beliau bersabda yang bermaksud:
Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda: "Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kumpulan orang lapar siap melahap makanan". Berkata seorang sahabat: "Apakah kerana jumlah kami sedikit pada waktu itu?" Rasul saw. menjawab: "Bilangan kamu pada ketika itu banyak, tetapi kualiti kamu seperti buih di tengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kamu, dan memasukkan ke dalam hati kamu penyakit Wahn ". Berkata seorang sahabat: "Wahai Rasulullah saw., Apa itu Wahn?". Rasul saw. Berkata: "Cinta dunia dan takut mati" (HR Ahmad dan Abu Daud)
Inilah sebab utama dari realiti umat Islam, iaitu Wahn. Penyakit cinta dunia dan takut mati sudah menghinggapi majoriti umat Islam, sehingga mereka tidak ditakuti lagi oleh musuh, bahkan menjadi bulan-bulanan orang kafir. Banyak umat Islam yang khianat dan menjadi kaki-tangan musuh Islam, hanya kerana ingin mencapai keinginan dunia. Bangsa Amerika, Israel dan sekutunya menjadi kuat di negeri muslim, kerana di setiap negeri musuh banyak agen dan boneka AS dan Israel. Bahkan yang lebih parah dari itu agen AS dan Israel itu para penguasa di negeri muslim atau kumpulan yang dekat dengan penguasa. Dunia dengan segala isinya seperti harta, tahta dan wanita sudah sedemikian kuatnya memperbudak sebagia umat Islam sehingga mereka menjadi budak para penjajah, baik AS Nasrani dan Israel Yahudi. Dan pada saat mereka begitu kuatnya mencintai dunia dan diperbudak oleh dunia, maka pada masa yang sama mereka takut mati. Takut mati kerana takut berpisah dengan dunia dan takut mati kerana banyak dosa. Bebera kemiripian dan sikap mengekor yang dilakukan umat Islam terhadap Yahudi dan Nasrani, antaranya:
I. Pensikapan terhadap Wahyu Allah SWT.
Pensikapan sebahagian umat Islam terhadap kitab suci Al-Quran sebagaimana Yahudi dan Nasrani mensikapi Taurat dan Injil. Persamaan sikap ini pula menimbulkan fenomena dan kesan yang agak sama yang menimpa antara umat Islam dengan mereka. Beberapa persamaan tersebut seperti disebutkan dalam maklumat Al-Quran dan Hadis sbb:
1. Umiyah (Buta Huruf tentang Al-Qur’an) Allah swt berfirman yang artinya:“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga” (QS Al-Baqarah 78). Sifat yang menimpa bangsa Yahudi terkait dengan kitab Tauratnya juga menimpa umat Islam terkait dengan Al-Qur’an, dimana mayoritas umat Islam buta huruf tentang Al-Qur’an, dalam arti tidak pandai membacanya apalagi memahaminya dengan baik.
2. Juz'iyah Al-Iman (separa dan Tidak Utuh dalam Mengimani Al-Quran) Allah swt berfirman yang bermaksud: "Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Maka tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan ​​dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu lakukan " (Surah Al-Baqarah 85).
Ayat yang menyebutkan sikap Bani Israil terhadap Taurat ini juga menimpa umat Islam di mana banyak di antara mereka yang beriman pada sebahagian ayat Al-Quran dan ingkar pada sebahagian ayat yang lain. Umat ​​Islam banyak yang beriman pada ayat yang mengajar solat, puasa dan haji, tetapi mereka juga mengingkari ayat atau ajaran lain seperti tidak mengimani pengharaman riba ', tidak beriman pada ayat-ayat yang berkaitan undang-undang jenayah (qisas dan hudud) dan undang-undang-undang lain yang berkaitan dengan masalah politik dan pemerintahan.
3. Ittiba Manhaj Al-Basyari (Mengikuti Hukum Produk Manusia)“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa-idah 49-50)
Inilah musibah terbesar yang menimpa umat Islam di hampir seluruh dunia Islam pada akhir zaman, mereka mengikuti undang-undang sekular buatan manusia. Bahkan di negara yang majoriti penduduknya umat Islam, mereka tidak berdaya bahkan menolak terhadap penguatkuasaan undang-undang Islam. Keadaan ini akan tetap berlangsung sehingga mereka merubah dirinya sendiri, berdakwah dan membebaskan dari semua pengaruh asing yang menimpa umat Islam.
4. Tidak Memahami Kedudukan Al-Qur’an“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al-Israa’ 9)
Umat Islam tidak mengetahui dan tidak mendudukkan Al-Qur’an sesuai fungsinya. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai hidayah untuk manusia yang hidup tetapi banyak diselewengkan, Sebagian umat Islam hanya menggunakan Al-Qur’an terbatas sebagai bacaan untuk orang meninggal dan dibaca saat ada orang yang meninggal. Al-Qur’an yang berfungsi sebagai pedoman hidup hanya ramai di musabaqahkan. Sebagaian yang lain hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai kaligrafi yang menjadi hiasan dinding di masjid-masjid atau di tempat lainnya. Sebagian yang lain menjadikan Al-Qur’an sebagai jimat, yang lain hanya menjadi pajangan pelengkap perpustakaan yang jarang dibaca atau bahkan tidak pernah dibaca.
5. Hajr Al-Quran (Meninggalkan Al-Quran) Dan berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan." Meninggalkan Al-Quran adalah salah satu masalah besar yang menimpa umat Islam . Umat Islam banyak yang meninggalkan Al-Quran, dalam erti tidak memahami, tidak membaca, tidak mentadaburi, tidak membaca, tidak mengamalkan dan tidak menjadikan pedoman hidup dalam kehidupan mereka. Umat Islam lebih asyik dengan televisyen, akhbar, majalah, lagu- lagu, muzik dan lain-lain. Jauhnya umat Islam menyebabkan hinanya mereka dalam kehidupan dunia. Salah satu rahsia kejayaan umat Islam apabila mereka komitmen dengan Al-Quran dan menjadikannya pedoman hidup.
II. Pensikapan terhadap Ahli Agama
Allah SWT. Berfirman yang artinya:
Ertinya: "Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. "(Surah At-Taubah 31)
Inilah sikap Yahudi dan Nasrani terhadap ahli agama mereka. Dan ternyata banyak dari umat Islam yang mengkultuskan ulama dan kyai dan meletakkan mereka pada kedudukan Tuhan yang suci dan tidak pernah salah. Berkaitan dengan surat At-Taubah 31, diriwayatkan dalam beberapa hadis antaranya oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan At-Tabrani bahawa Adi bin Hatim yang baru masuk Islam datang kepada Rasulullah saw. yang masih memakai kalung salib dan Rasulullah saw. memerintahkan untuk melepaskannya. Kemudian Rasul saw. membacakan ayat tadi. Adi menyanggahnya: "Wahai Rasulullah kami tidak menyembahnya". Tetapi Rasulullah saw menjawabnya: "Bukankah mereka mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan yang diharamkan Allah?" Betul, kata Adi. Rasul saw. meneruskan: "Itulah ibadah mereka". Demikianlah pendapat majoriti ulama jika sudah menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya maka itulah bentuk penyembahan terhadap ahli agama. Dan ini pula yang banyak menimpa umat Islam, mereka mentaati secar buta apa yang dikatakan ulama atau kyai padahal bertentangan dengan Al-Quran dan Hadis.
III. Pensikapan terhadap Dunia
Penyakit utama Yahudi adalah sangat rakus terhadap dunia, baik harta, kekuasaan maupun wanita sebagaimana direkam dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman yang Artinya: ”Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-Baqarah 96). Penyakit ini pula yang menimpa sebagian besar umat Islam sebagaimana disebutkan dalam hadits Wahn. Perlombaan sebagian umat Islam terhadap dunia telah membuat mereka buta dan tuli sehingga menghalalkan segala cara. Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia dan sebagian negeri muslim lainnya. Mayoritas penduduknya muslim tetapi menjadi negera terkorup di dunia, paling banyak hutangnya, paling jorok, paling rusak dll. Sungguh sangat jauh antara Islam dan realitas umat Islam.
Diantara dorongan dunia yang paling kuat daya tariknya adalah syahwat wanita. Dan inilah yang sedang menimpa kita. Fenomena seks bebas, pornografi merupakan santapan harian bagi sebagian umat Islam. Dan realitas ini sangat cerdas dimanfaatkan oleh si Inul. Manusia yang sedang rakus dan lahap terhadap syahwat mendapatkan makanan dan pemandangan yang sangat cocok bagi mereka, yaitu Inul. Lebih ironis lagi si Inul dianggap paling berjasa oleh sebagian kyai dan ulama, karena dapat menghibur manusia Indonesia yang lagi stress. Memang manusia Indonesi sedang terkena penyakit dan penyakit itu adalah penyakit hati dan syahwat. Dan Inul memuaskan rasa sakit itu, sebagaimana NARKOBA memuaskan orang yang sedang kecanduan NORKOBA itu.
Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Said Al-Khudri ra. Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah akan menguji kamu, maka Allah akan melihat bagaimana kamu melayan dunia. Hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, kerana fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah pada wanita " (HR Muslim)
IV. Pensikapan terhadap Akhirat. Allah SWT. Berfirman yang artinya: Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?". (Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah 80-81).
Inilah sikap mereka iaitu Yahudi terhadap akhirat, lebih khusus lagi terhadap neraka. Mereka meremehkan siksa api neraka. Dan ternyata penyakit ini juga banyak menimpa umat Islam. Sebahagian umat Islam yang meremehkan siksa api neraka membuat mereka melalaikan kewajipan Islam, seperti menegakkan solat, zakat, puasa, haji, menutup aurat dll. Pada masa yang sama mereka juga tidak takut berbuat dosa. Inilah fenomena potret umat Islam. Umat ​​Islam yang melakukan rasuah, rasuah, manipulasi, dan curang dalam kehidupan politik. Umat ​​Islam yang berurusan dengan riba dalam kehidupan ekonomi. Umat ​​Islam yang meramaikan tempat hiburan dan pelacuran dalam keremangan malam, bahkan siang sekalipun. Umat ​​Islam yang memenuhi meja-meja judi di setiap pelosok bandar dan negeri. Umat ​​Islam yang banyak menjadi mangsa NARKOBA. Umat ​​Islam dan sebahagian kaum muslimat yang buka aurat bahkan telanjang ditonton masyarakat. Dan masih banyak lagi senarai kejahatan sebagain umat yang mengaku umat Islam

Hadits Fitnah Dunia

 


FITNAH DUNIA
عن عَمْرو بْنَ عَوْفٍ الأنصاري رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ إِلَى الْبَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا فَقَدِمَ بِمَالٍ مِنَ الْبَحْرَيْنِ فَسَمِعَتِ الْأَنْصَارُ بِقُدُومِ أَبِي عُبَيْدَةَ فَوَافَوْا صَلَاةَ الْفَجْرِ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا انْصَرَفَ تَعَرَّضُوا لَهُ فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ رَآهُمْ ثُمَّ قَالَ أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ أَنَّ أَبَا عُبَيْدَةَ قَدِمَ بِشَيْءٍ قَالُوا أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَأَبْشِرُوا وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Artinya: Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi SAW tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul SAW, dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda:”Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu ?”. Mereka menjawab:”Betul wahai Rasulullah”. Rasul SAW bersabda:” Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah dari Nabi saw bersabda:”Celakalah hamba dinar (emas), dirham (perak), pakaian dan pakaian sutra. Jika diberi ia suka dan jika tidak ia tidak suka”(HR Bukhari) Dalam riwayat Bukhari yang lain :” Jika diberi ia suka dan jika tidak ia murka, celakalah dan semoga celaka dan jika terkena duri tidak ada yang mengeluarkannya. Berbahagialah bagi seorang hamba Allah yang mengambil kendali kudanya di jalan Allah kepalanya acak-acakan dan kakinya berdebu, jika ia disuruh berjaga maka berjaga dan jika disuruh didepan maka ia didepan. Jika ia minta izin tidak diizinkan dan jika minta pesan tidak dikabulkan”
ٌDari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda:”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka thati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita” (HR Muslim)
Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah keni’matan yang diberikan Allah swt kepada hambanya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. Tetapi yang sering terjadi dan menimpa manusia ialah bahwa harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat. Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (At-Taghaabun 14-15).
Allah Swt berfirman yang artinya:”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”(At-Takaatsur 1-8)
Manusia yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka menjadikan nya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada harta. Sehingga celakalah mereka. Oleh karenanya agar manusia tidak terfitnah dengan harta dan tidak jatuh pada fitnahnya hendaknya mereka mengetahui beberapa hal berikut:
1. Hakekat Harta dan Dunia
• Dunia adalah permainan dan senda gurau. Allah swt berfirman yang artinya: ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”(QS Al-Ankabuut 64).
• Kesenangan yang menipu. Allah swt berfirman yang artinya: Artinya:”Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”(QS Ali Imran 185).
• Kesenangan yang terbatas dan sementara, Firman-Nya; Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”(QS Ali Imran 196-197)
• Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir (HR Bukhari dari Ibnu Umar) Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah menambahkan:” Posisikan dirimu bahwa engkau termasuk ahli kubur”.
2. Mengetahui Kedudukan Manusia
Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana do’a yang diungkapkan oleh Abu Bakar ra:”Ya Allah jadikanlah dunia ditanganku bukan masuk kedalam hatiku”. Kedudukan manusia lebih mulia dari dunia dan seisinya maka jangan sampai diperbudak oleh dunia atau harta benda. Manusia memang harus memakmurkan dunia tetapi jangan sampai hal itu melalaikan dirinya dari visi dan misi mereka.
3. Mengetahui bahwa segala yang dimiliki manusia berupa harta kekayaan akan dihisab. Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan diperhitungkan di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan di’nimati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. Jangan sampai mencarinya dengan cara yang diharamkan Allah dan membelanjakannya pada sesuatu yang dihramkan Allah. Lebih jauh lagi manusia harus menjauhkan diri dari diperbudak oleh harta.
4. Sadar bahwa keni’matan diakhirat jauh lebih ni’mat dan abadi. Seluruh bentuk keni’matan Allah yang diberikan hamba-Nya didunia hanyalah sebagian kecil saja. Rasulullah saw bersabda yang artinya: Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: ”Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Begitulah, keni’matan paling ni’mat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Oleh karena itu dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda tentang dunia bagi orang beriman yang artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata:”Rasulullah saw bersabda:” Dunia adalah penjara bagi mu’min dan surga bagi orang kafir”(HR Muslim).
Bahkan Rasulullah saw suatu saat dalam perjalanan bersama sahabat dan melewati pasar, disana ada seekor kambing yang mati dan cacat. Maka Rasulullah saw memegang telinganya dan berkata:” Siapakah yang mau membeli kambing ini satu dirham?” Sahabat berkata:” Kami tidak suka sedikitpun, dan untuk apa kambing itu?”. Rasul saw melanjutkan:” Maukah ini untukmu?”, sahabat menjawab:”Demi Allah jika masih hidup kambing ini cacat, apalagi kambing sudah jadi bangkai!”. Maka Rasulullah bersabda:”Demi Allah dunia untukmu lebih hina dari kambing ini di hadapan Allah” Allah swt berfirman yang artinya:
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”(QS At-Taubah 55)
Begitulah karakteristik dunia yang dicari-cari manusia, apakah mereka tetap tidak sadar

Jadi Anggota Perlemen, Bukankah Termasuk Membuat Hukum Sendiri ?

 

 
 
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba?d.


Menyusun Undang-undang di DPR tidak sama dengan membuat hukum tandingan atas hukum yang Allah turunkan. Sebaliknya, duduknya para juru dakwah di parlemen adalah sebuah upaya untuk meresmikan hukum Allah agar bisa diakui oleh masyarakat sebagai hukum yang positif. Misi mereka adalah bagaimana menjadikan ayat-ayat Al-Quran dan As-Sunnah menjadi resmi diakui sebagai undang-undang negara. Bila belum bisa semua secara sekaligus, tentu harus satu persatu.

Semua itu adalah sunnatullah dan ciri khas dakwah para nabi dan Rasul, serta contoh nyata perjuangan para salafush-shalih. Mereka tidak pernah meninggalkan perjuangan untuk menerapkan syariat Islam hanya karena umatnya belum mau menerima langsung sepenuhnya.

Hal ini mengingat bahwa negara ini secara resmi tidak mengakui hukum Islam secara total, kecuali hanya beberapa bagian kecil saja. Kalau kita masih mengakui eksistensi negara ini, maka kewajiban kita adalah memperjuangkan secara resmi dan penuh dengan legitimasi agar lebih banyak lagi hukum Islam yang bisa diakui dan berlaku di negara ini.

Namun sebaliknya, bila kita beranggapan tidak boleh memperjuangkan tegaknya hukum Islam di dalam konstitusi negara, konsekuensinya kita pun tidak boleh mengakui keberadaan negara ini. Sebuah sikap yang tidak konsekuen dengan realita yang ada. Sebab Rasulullah SAW pun bisa melihat realitas bahwa di sekelilingnya ada banyak negara besar yang tidak menjalankan hukum Allah. Bahkan secara resmi Rasulullah SAW berkirim surat kepada para penguasa dunia lengkap dengan stempel resmi kenabian. Artinya, beliau SAW mengakui keberadaan negara-negara kafir itu.

Sementara, negara kita sebenarnya tidak 100% kafir, sebab mayoritas penduduknya muslim dan para pemegang tampuk kekuasaannya pun orang-orang Islam. Bahkan tidak semua hukum Islam ditolak, meski yang tertampung di dalam hukum positif negeri ini terlalu sedikit. Namun semua itu terjadi bukan tanpa perjuangan sebelumnya.

Bukankah sebelum dijajah oleh barat, negeri ini adalah negeri Islam yang menjalankan syariah Islam ? Bukankah negeri ini merdeka -setelah izin Allah- atas jasa para mujahidin yang mengorbankan nyawa demi tegaknya hukum Islam ? Bukankah ketika negara ini berdiri, masih ada kekuatan Islam yang berupaya menjadikan hukum Islam tegak berdiri secara resmi di negeri ini ? Bukankah umat Islam selama kemerdekaan tetap terus berupaya merebut hak mereka untuk menegakkan hukum Islam di negeri ini ?

Lalu mengapa kita menafikan semua perjuangan dan jasa pendahulu kita dalam menegakkan hukum Islam ? Bukankah kesempatan untuk menegakkan hukum Islam sekarang ini terbuka lebar ? Dan sederhananya, asalkan didukung oleh mayoritas anggota dewan, maka tidak ada aral lagi untuk meresmikan penerapan syariat Islam. Bukankah mayoritas anggota legislatif adalah umat Islam juga ?.

Lalu mengapa setelah semua kesempatan untuk menancapkan hukum Islam terbuka, masih adanya saja pihak-pihak yang tidak setuju memperjuangkan dakwah lewat parlemen ? Apakah hukum Islam bisa tegak kalau kita hanya berkutat pada aktifitas berpidato, ceramah, khutbah dan cetak buku ? Apakah hukum Islam bisa tegak hanya dengan mengeluarkan fatwa halal dan haram atau bid`ah dan sunnah ? Apakah memperjuangkan tegaknya syariat Islam tidak termasuk menghidupkan sunnah nabi SAW ?

Kalau pun kita belum mampu berjuang menegakkan Islam lewat kesempatan berdakwah di parlemen, minimal kita tidak boleh menghalangi niat orang lain yang sudah punya kesempatan. Sebaliknya, kita justru harus mendoakan perjuangan mereka agar berhasil berdiplomasi untuk semakin banyak mengegolkan syariat Islam di negeri ini.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Tuduhan Bahwa Ihkwan Itu Sesat, Mengapa ?

 



Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Kami pun turut prihatin dengan sikap dan metode amar makruf nahi mungkar yang demikian. Lepas dari siapa yang melakukannya dan siapa yang didiskreditkan. Meski barangkali tujuannya mulia, namun bila dilakukan dengan cara yang kurang mulia, tentu kurang selaras dengan niatnya.
Kalau lah memang asumsi kesalahan yang ada pada diri seseorang itu sangat kuat, bukankah sebaiknya yang bersangkutan diajak bicara dengan baik-baik. Seperti yang anda sebutkan, tidak bisakah mereka duduk satu meja dan mendiskusikan hal-hal itu secara internal. Bukan diangkat ke muka publik yang sulit terhindar dari fitnah dan ghibah.
Kami yakin, bila seorang muslim diingatkan dengan cara yang hikmah dan mauizhah hasanah, tentu tidak akan keras kepala. Bahkan sebaliknya, pastilah dia akan berterima kasih dan bersyukur. Tetapi manakala koreksi dan peringatan dilakukan dengan cara yang kurang manusiawi, apalagi sampai mencaci maki, mencela, memojokkan di muka umum, bahkan ada kesan yang kurang baik dari tujuannya, tentu amat kita sayangkan.
Secara umum, kita bisa merasakan betapa indahnya bila sikap saling menasehati itu dilakukan dengan cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu dengan sikap ramah, sopan, tidak menggurui, tidak merasa benar sendiri dan tidak juga memvonis bahwa dirinya paling benar sendiri.

Bahkan dari sekian akhlaq Rasulullah SAW yang utama adalah beliau tidak mau menyebutkan nama seseorang di depan umum terkait dengan kesalahan yang dilakukannya. Beliau hanya berkata,"Maa Baalu Qaumin Yaf? aluna Kaza?". Sehingga yang diingatkan tidak merasa dibeberkan aibnya. Masing-masing orang akan berusaha mengoreksi diri sendiri, bukan sibuk mancari-cari kesalahan orang lain.

Lagi pula, kalau apa yang dituduhkan itu tidak benar, maka yang terjadi akan sebuah fitnah dan ghibah, bukan ? Padahal ghibah itu ibarat memakan daging saudara sendiri yang kita pasti merasa jijik. Allah SWT telah mengingatkan hal itu :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka , karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat : 12)

Di sisi lain, mereka yang sering mengumbar kekurangan orang lain itu sebenarnya tidak pernah mendapat jaminan kemaksuman dari Allah, bukan ? Karena hanya Rasulullah SAW saja yang maksum. Sedangkan kita ini tentu tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan. Jadi bagaimana mungkin kita yang sering salah dan dosa ini kerjanya hanya mencari-cari kesalahan orang lain ? Mengapa kita tidak sibuk mencari kesalahan diri sendiri ? Bukankah itu yang utama dan itulah yang sesuai dengan manhaj salaf ?

Semoga Allah SWT melindungi kita dari sifat-sifa yang kurang terpuji, Amien.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Demokrasi.. Sistem Kufur??

Assalamu alaikum wr.wb.

Statemen tersebut memang banyak disuarakan oleh sebagian kalangan yang ekstrem dalam memandang sejumlah persoalan. Namun dalam kenyataan ketika mereka mengetahui realitas nash dan sosial yang ada, maka perubahan sikap mulai terlihat.
Kadangkala mereka berpikir terlalu simpel dan sederhana dalam menilai sebuah permasalahan. Karena demokrasi dipandang sebagai bagian dari sistem kufur kemudian mereka berlepas diri dari situasi dan realitas yang ada tanpa mau melakukan perubahan yang sitematis dan terarah. Bahkan, kadangkala tidak mau memahami cara berpikir orang lain yang dianggap batil, sesat, dan hanya pendapat kelompoknya sendiri yang benar.

Di sisi lain, ketika kita menamakan atau masuk ke dalam sebuah sistem yang terlanjur disebut-sebut sebagai sistem demokrasi, sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran kita bahwa rakyat itu tuhan, seperti yang dipahami secara sempit dari kekuasaan di tangan rakyat. Yang dilakukan adalah mengatakan kepada lawan, "Kalau Anda mengatakan bahwa kekuasaan di tangan rakyat, oke dan boleh saja. Tapi ketahuilah bahwa rakyat itu menginginkan hukum Tuhan diterapkan di negeri ini?. .

Hasilnya akan jelas bahwa hukum Allah SWT akan berlaku dengan perantaraan diplomasi. Kira-kira hal tersebut senada dengan kisah pemuda Ashabul Ukhdud yang secara diplomatis rela memberikan kunci rahasia bagaimana caranya agar dirinya bisa dibunuh oleh penguasa. Syaratnya adalah bahwa raja dan semua rakyat harus mengucapkan syahadat ketika membunuhnya.

Jadi kita mengunakan logika lawan untuk bisa memenangkan argumentasi kita. Sama juga dengan diplomasi Nabi Ibrahim AS yang ketika ditanyakan kepadanya siapakah yang meruntuhkan tuhan-tuhan itu, Ibrahim menjawab dengan sangat diplomatis bahwa berhala yang paling besar itulah yang telah melakukannya. Diplomasi ini menohok lawan langsung tepat pada titik matinya. Sehingga mereka tercekat tak bisa menjawab kecuali dengan tangan besi.

Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". (QS.Al-Anbiya? : 62)

Dengan teknik yang mirip, kita mengatakan kepada lawan bahwa kita siap beradu kekuatan dengan cara lawan, yaitu dengan mengumpulkan sebanyak mungkin suara. Sebab kita yakin bahwa mayoritas penduduk negeri ini adalah muslimin, maka sudah barang tentu bila suara terbesar itu pastilah milik umat Islam. Sayangnya selama ini suara itu malah dimanfaatkan oleh partai sekuler untuk menegakkan sistem sekuler di negeri ini. Seandainya partai Islam yang komitmen dengan Islam mendapat dukungan luas dari umat Islam, insya Allah kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tidak seperti sekarang ini.

Bahkan DR Yusuf al-Qardhawi secara eksplisit menegaskan bahwa sistem demokrasi memiliki banyak hal kesamaan dengan sistem Islam.
Menurut beliau, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal. Misalnya:
- Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai oleh makmum di belakangnya.

- Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.
- Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.
- Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
- Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.
Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Qurban Vs Fiqhud Da'wah

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Apa yang anda kemukakan memang sangat baik untuk menghidupkan jiwa kebersamaan kita dengan tetangga dan lingkungan. Dan memang prioritas qurban hendaknya dilaksanakan di tempat ikhwan tinggal, terlebih lagi jika di sekitar tempat tinggal ikhwan masih banyak yang kekurangan. Islam sendiri sangat memberikan perhatian besar pada hak-hak tetangga. Karena mereka adalah onrag terdekat kita secara realnya. Sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya”. (HR. Bukhari jilid 5 hal. 2240). Dari Abi syraih Al-Khuza‘i bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Muslim jiid 1 hal. 69). Dari Mush‘ab bin Muhammad bahwa ada seorang laki-laki dari Bani Ghifar berkata, ”Aku menghadap kepada Umar bin Al-Khattab dengan membawa makanan yang menjadi haki tetanggaku dengan unta. Umar takjub dengan jumlahnya yang banyak itu dan beliau berkata, ”Demi Allah, aku tidak lebih berhak dari tetanggamu di bani Ghifar”. (HR. Ibnu Abi Syaibah jilid 7 hal. 96).

Sehingga dalam kasus penyaluran daging kurban, tetangga pun berhak untuk mendapatkannya. Kecuali bila memang lingkungan tempat anda tinggal termasuk berkecukupan dan sepakat untuk menyalurkan ke wilayah yang lebih memerlukan. Sebaliknya, jelas tidak baik bila di lingkungan tempat tinggal anda masih ada yang kekurangan, namun anda malah menyalurkannya ke tempat yang jauh.
Wallahu a‘lam bis-shawab. Waassalamu ‘alaikum Wr. Wb.